Kuningan – Pemerintah Kabupaten Kuningan memperkenalkan strategi pembangunan berbasis heptahelix sebagai terobosan baru dalam mengakselerasi pertumbuhan ekonomi daerah. Konsep ini menambahkan unsur investor dan diaspora ke dalam model pentahelix yang sudah ada, sehingga melibatkan tujuh aktor utama pembangunan.
Hal ini disampaikan Penjabat Sekretaris Daerah (Pj. Sekda) Kabupaten Kuningan, Dr. Wahyu Hidayah, M.Si., saat menjadi narasumber dalam program Dialog Cirebon Pagi Ini, Kamis 25 September 2025. Dialog bertema “Kuningan Serenity: Menyatukan Potensi, Membangun Masa Depan” tersebut juga menghadirkan Dr. AA. Ade Kadarisman, Founder sekaligus Ketua Adiluhung Indonesia.
Wahyu menegaskan, pemerintah menjaga keseimbangan arah pembangunan. Wilayah barat dan selatan Kuningan tetap dipertahankan sebagai kawasan wisata dan pertanian, sedangkan kawasan timur disiapkan sebagai pusat industri dengan lahan seluas 1.300 hektare, berlokasi di Kecamatan Cidahu dan Cimahi.
“Angka pengangguran kita masih sekitar 48 ribu orang atau 7,78 persen. Dengan kesiapan kawasan industri, jika satu investor menyerap 5.000 tenaga kerja, maka cukup 10 investor saja sudah bisa memangkas pengangguran secara signifikan,” jelasnya.
Menurut Wahyu, investasi bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga solusi sosial. “Saat lapangan kerja tersedia, pengangguran menurun, daya beli meningkat, maka kemiskinan ekstrem bisa ditekan. Semua kebijakan ini juga selaras dengan RPJPD, RPJMD, hingga revisi RTRW yang tengah kita lakukan,” ujarnya.
Selain industri besar, pemerintah tetap memberi ruang bagi UMKM agar naik kelas melalui edukasi, promosi, dan fasilitasi. Peran diaspora pun dioptimalkan lewat program Kuningan Connection, yang mengajak putra daerah di perantauan untuk pulang dan membangun kampung halaman.
Sebagai bentuk konkret, Pj Sekda Kuningan menawarkan konsep Catur Rupa, yakni empat keunggulan utama yang menjadi wajah Kuningan dalam menarik investor. Catur Rupa tersebut, inovasi strategi yang memadukan kekayaan alam dan budaya dengan strategi investasi modern.
Sementara itu, Dr. AA. Ade Kadarisman menilai kolaborasi lintas sektor sudah mulai membuahkan hasil. Melalui platform Kuningan Adiluhung, pihaknya menjembatani pertemuan antara Pemda, pelaku usaha, komunitas, hingga tokoh diaspora.
“Alhamdulillah, setelah paparan yang kami fasilitasi bersama Pemda, dua perusahaan langsung menyatakan minat untuk berinvestasi di Kabupaten Kuningan. Ini membuktikan bahwa potensi Kuningan mampu menarik perhatian investor jika dikelola dengan strategi yang tepat,” kata Ade.
Baik Wahyu maupun Ade sepakat bahwa kolaborasi adalah kunci. Pemerintah tidak bisa berjalan sendiri tanpa dukungan akademisi, pelaku usaha, komunitas, media, investor, dan diaspora.
“Dengan sinergi tujuh unsur pembangunan dalam heptahelix, Kuningan optimis mampu melesat lebih cepat menuju masa depan yang berkelanjutan dan inklusif,” tutup Wahyu.
(Humas Diskatan)